Usaha kecil dan menengah (UMKM), sejak beberapa dekade terakhir ini telah menjadi obyek diskusi dan penelitian yang sangat menarik dan tidak habis-habisnya. Kegagalan sektor korporasi dalam perannya sebagai soko guru perekonomian nasional di masa lalu, mau tidak mau, telah menjadikan UMKM sebagai primadona baru yang pantas dijadikan isu sentral oleh berbagai kalangan dan pusat penelitian. Layakkah UMKM menjadi soko guru perekonomian nasional, yang berarti mengambil peran yang pada kurun waktu lalu dipegang oleh sektor korporasi itu?
R. Lily Hilda, Caleg DPR-RI Partai Berkarya (7), DAPIL 9 (Subang, Majalengka, dan Sumedang) Nomor Urut 5 mengungkapkan " Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Jawa Barat masih kesulitan dalam memasarkan produk/jasanya agar kegiatan bisnis bisa berkembang ". Hal ini perlu dicarikan solusinya, solusinya yakni dengan memanfaatkan teknologi digital dan memperluas jaringan. Dengan pemanfaatan teknologi digital akan membuat pemasaran bisa jauh lebih luas dan efisien. Namun harus memilih teknologi yang tepat agar bisa menjangkau pasar yang diinginkan.
Apapun argumen yang dikemukakan, faktanya di masa krisis 1997 lalu UMKM memang telah mampu membuktikan dirinya sebagai “penyelamat muka” perekonomian nasional. Selain sejumlah devisa yang mampu disumbangkan kepada negara, sektor ini secara signifikan telah mampu mencegah terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran sebagai akibat krisis moneter.
Penulis,
R.Lyli Hilda
